Perjalanan ke jogja Akhir minggu kemarin sangatlah berbeda dengan perjalanan-perjalanan ku sebelumnya ke kota penuh kenangan ini.
Sejak pertama menginjak kaki di jogja sewaktu usia SMA, jelas kota ini menyimpan ruh sangat unik yang tersimpan di relung hati dan laku masyarakatnya. Ada sesuatu yang sangat tersembunyi namun sangat terasa oleh hati kita yang paling dalam, perasaaan tersebut melebur hangat di sanubari dan menimbulkan hasrat kuat untuk selalu kembali kesana.
Seperti perjalanan ku kali ini, Yogya kembali menyemburkan rasa hangat disanubari, Menuruni tangga pesawat sempat kusapa pramugari sekedar basa-basi sekaligus konfirmasi akan teman duduk sederetku dipesawat , ternyata memang benar beliau dai kesohor, nyaris tak dikenali karena berpakaian casual dan tanpa ditemani salah seorang istrinya.
Oh ya petualangan kali ini saya ditemani oleh seorang master
dibidangnya, Pak Mursalim. Beliau sudah kenyang makan asam garam
kehidupan, dan saya percaya bahwa beliau masih menyimpan potensi
berlebih untuk berkiprah di dunia entrepreneur.
Menyibak kehangatan Bandara Adisutjipto, Pak Umam menyambut kedatangan kami dengan raut muka berseri-seri. Beliau dengan kesibukan sebagai pemilik BMT beromzet Milyaran di daerah Jogja serta ditengah kerepotannya membina para santriwati di pesantrennya , masih mau menyempatkan menemani kami berdua blusukan di Jogja. Syukur dan doa kami atas pengorbanan beliau, semoga kesehatan selalu tercurah dan kelapangan rizqi yang barokah terlimpah bagi beliau dan keluarganya..Aamiin.
Belum selesai kami berbasa-basi, kendaraan segera dipacu sangat kencang melintasi jogja langsung menaiki perbukitan menuju MERAPI. Selagi badan masih terbuai oleh "jetlag" dan kemudian naik mobil "penculik" (he..he...), Dalam hitungan puluhan menit suasana sekitar kami berubah bermandikan cahaya keemasan dan kami dikelilingi oleh pemandangan alam pedesaan yang sangat asri dan segar, Kejutan yang manis.
Tujuan kami adalah kecamatan Cangkringan di kaki merapi
Tujuan kami adalah kecamatan Cangkringan di kaki merapi
Kecamatan cangkringan di sebelah kanan bawah "lidah merah" lahar merapi
Kandang kelinci milik kelompok ibu-ibu
anakan kelinci hasil pembibitan
pak Sur berpose dengan salah satu indukankelinci
Ibu-ibu disana dengan semangat menjelaskan akan aktivitas mereka memelihara kelinci, walaupun di pelihara disamping rumah mereka namun tidak bau dan sangaaaat bersih, Kotoran dan Urine kelinci di kumpulkan serta dijual lagi sebagai pupuk. Dari semangat yang terpancar, saya membaca bahasa tubuh nereka menunjukkan mereka sangat bersyukur atas semua hasil usaha yang mereka terima. Mungkin secara rupiah keuntungan masih belum banyak namun ada sikap giat bekerja dan tidak mengeluh yang terasa disana.
Selanjutnya kami di dampingi pak Sur sebagai petani yang mengelola dan bekerjasama dengan komunitas. Pak Sur ini salah satu petani yang giat bekerja dan maju dalam pemikiran dan tehnologi pertanian.
Diseberang kandang kelinci ada kandang domba/biri-biri dengan sistim kelompok, dimana induk dan anak di satukan tidak terpisah. Dalam jangka waktu 4 bulan kelompok domba ini telah berlipat , dimana hampir tiap indukan terlihat sedang bersama anak-anak mereka.
Selanjutnya kami di dampingi pak Sur sebagai petani yang mengelola dan bekerjasama dengan komunitas. Pak Sur ini salah satu petani yang giat bekerja dan maju dalam pemikiran dan tehnologi pertanian.
Diseberang kandang kelinci ada kandang domba/biri-biri dengan sistim kelompok, dimana induk dan anak di satukan tidak terpisah. Dalam jangka waktu 4 bulan kelompok domba ini telah berlipat , dimana hampir tiap indukan terlihat sedang bersama anak-anak mereka.
domba-domba beserta anak-anaknya
Ketika kami tanyakan mengenai perkembangan yang pesat tersebut, pak Sur mengatakan bahwa hal ini disebabkan :
- Manajemen kandang yang baik (kalah deh kantorku...he..he...)
- Pemilihan bibit yang baik
- Bibit dipilih yang sudah bunting
- Kandang yang sehat
- Pakan yang Optimum (Hijauan dan pakan fermentasi)
Terlihat disini pak Umam dan pak Mursalim di kandang yang sehat , leluasa serta bersih
Berpose dari kanan ke kiri, petani maju, banker sukses dan newbie...he..he..
Berkaitan dengan pakan ternak fermentasi, terlihat foto diatas pak Sur disamping pakan yang sedang di fermentasikan. Pakan fermentasi adalah hijauan daun yang biasanya tidak bisa di konsumsi ternak seperti Bonggol Pisang serta dedaunan berdaun kasar dicacah dan beri mikrobiotik, difrementasikan, sehingga menjadi lebih lembut teksturnya serta komposisi gizinya meningkat. Pakan fermentasi ini cukup di beri 10 persen hijauan (rumput) sudah layak di konsumsi para domba. Dengan pakan fermentasi ini maka limbah kebun dapat dijadikan pakan ternak dan kesulitan pakan di musim kemarau dapat ditanggulangi serta kecukupan gizi domba terpenuhi. sangat luar biasa, cerita yang sama seperti yang dilakukan Dahlan Iskan dengan pakan fermentasinya namun ini tanpa gembar-gembor serta jauh dari hiruk pikuk media massa.
terlihat calon kepala daerah kali adem dan wakilnya di depan kandang berkapasitas 20 indukan domba
Koq yang ini kayak pasangan jokowi dan ahok ya..? he..he.. piss pak..
Pemeliharaan kandang domba ini dikelola masyarakat bersama-sama. Tiap kepala keluarga mempunyai tanggung jawab masing-masing walaupun dalam satu kandang besar. Program ini memang ditujukan sebagai peningkatan ekonomi para korban letusan Merapi dua tahun lalu. Saat ini masih ribuan jiwa bertahan di pengungsian (Hunian Sementara/shelter). Harta benda mereka musnah serta tidak ada mata pencaharian ditambah tanah, rumah serta kebun mereka tidak boleh di tinggali lagi karena ditetapkan sebagai kawasan berbahaya. Ribuan keluarga termarginalisasi ke titik nadir. Untuk itu diperlukan usaha dan bantuan banyak pihak agar mereka dapat kembali berdiri mandiri. Pemerintah dengan program-programnya nya kurang mampu menciptakan kegiatan ekonomi yang mantap karena pendekatannya terlalu "proyekisasi".
Dari rangkaian penjelasan serta perhitungan disertai tinjauan lapangan yang seksama ternyata angka yang terpapar sangat jelas ada keuntungan yang nyata dengan mengelola baik domba maupun kelinci. Dengan skala yang diperbesar angka ini malahan akan mampu memberikan keuntungan baik bagi pemelihara/petaninya maupun bagi yang ingin menginvestasikan asetnya di bisnis ini.
Untuk itulah salah satu tujuan kami datang hari itu. Kami tertarik untuk menginvestasikan aset kami di bisnis bernuansa sosial yang kental ini. Kami namakan SOSIOPRENEUR seperti yang saya pernah bahas (klik) disini. Bisnis dunia akhirat.
Kami sangat yakin kegiatan ini akan banyak mengangkat perekonomian di sekitar merapi, bukan karena hitungan diatas kertas yang menawan namun terlebih karena kami merasakan ada semangat pantang menyerah dibalik kesederhanaan kehidupan masyarakat yang kami temui disana.
Lho koq pak Mur dan Pak sur ada dilintasan LAHAR DINGIN ?.....
ada apa sebenarnya dibalik ketenangan desa di kaki merapi ini?
nantikan petualangan kami di hari berikutnya..
kami makin Edan karena...??
jangan lewatkan